Bentrokan Meletus di JNU Setelah Umar Khalid dan Sharjeel Imam Diduga Digambarkan Sebagai Rāvan

New Delhi, 3 Oktober 2025 — Ketegangan meningkat di kampus Universitas Jawaharlal Nehru (JNU) ketika sebuah pamflet atau mural kontroversial muncul, yang menggambarkan aktivis mahasiswa terkenal Umar Khalid dan Sharjeel Imam sebagai figur mitologis Rāvan. Penggambaran itu memicu reaksi keras dari mahasiswa, aktivis dan pihak keamanan kampus, hingga berujung pada bentrokan fisik malam tadi.

Awal Insiden

Insiden bermula sore hari ketika sejumlah mahasiswa melewati koridor pusat kampus dan menemukan mural hitam-putih besar yang menampilkan wajah Umar Khalid dan Sharjeel Imam — dengan atribut seperti kepala sepuluh dan citra jahat — disandingkan dengan narasi bahwa keduanya “mengancam integritas nasional”. Keberadaan mural itu segera diketahui oleh berbagai kelompok mahasiswa dan menyulut kemarahan.

Tidak lama setelah mural itu viral dari lingkup kampus ke media sosial, mahasiswa pro-Khalid-Imam berdatangan ke lokasi untuk menuntut agar mural tersebut dicopot dan penanggung jawabnya diusut. Sementara mahasiswa yang mendukung mural atau yang memandangnya sebagai bagian dari “kritik simbolik” juga muncul, mengklaim bahwa ini adalah kebebasan berekspresi.

Bentrokan dan Perlakuan Keamanan

Menjelang malam, suasana memanas: kelompok pro-dan kontra saling dorong, teriakan keras terdengar, beberapa mahasiswa melempar batu dan botol air. Petugas keamanan kampus, dibantu aparat luar, mencoba membentuk barikade. Menurut saksi mata, pengerahan gas air mata sempat dilakukan agar kerumunan menyerah. Beberapa orang dilaporkan mengalami sesak napas, luka ringan, dan bekas luka akibat lemparan batu.

Di antara yang terluka adalah seorang mahasiswa fakultas Ilmu Politik yang terkena pecahan kaca di lengan, dan seorang petugas keamanan yang mendapat pukulan di bagian pergelangan tangan saat mencoba meredam kerusuhan.

Respons Mahasiswa & Aktivis

Blok mahasiswa yang mendukung Umar Khalid dan Sharjeel Imam mengecam mural itu sebagai bentuk “pelecehan politik” dan “upaya stigmatisasi ideologis” terhadap dua sosok yang selama ini kontroversial dalam dinamika politik nasional. Mereka menggelar aksi darurat di ruang aula kampus, mengumandangkan “Kami mahasiswa, bukan target propaganda” dan menuntut agar pihak universitas memberi jawaban dalam 24 jam.

Sementara kelompok sebaliknya menyatakan bahwa mural tersebut sekadar “pengungkapan simbolik” terhadap apa yang mereka pandang sebagai aktivitas protes yang “melewati batas”. Mereka menegaskan bahwa kampus harus menjadi ruang kebebasan berekspresi, bahkan jika bentuknya provokatif.

Reaksi Universitas & Otoritas

Pihak administrasi JNU mengeluarkan pernyataan singkat sekitar tengah malam, menyatakan keprihatinan atas kekerasan yang berlangsung dan menjunjung tinggi kebebasan akademik. Namun mereka juga menegaskan akan memanggil mahasiswa yang terbukti meletakkan mural atau melakukan kerusuhan untuk dinasihati atau dikenai tindakan disipliner.

Pihak kepolisian setempat menyatakan bahwa mereka telah membuka penyelidikan terkait mural tersebut: apakah penggambarannya bermuatan provokasi yang melanggar undang-undang penyebaran kebencian atau perundang-undangan lainnya. Beberapa pejabat menyebut bahwa jika motif mural tersebut terbukti politis atau agitasi, pelakunya bisa dihadapkan pada pasal pidana penyebaran kebencian publik.

Implikasi Politik & Akademik

Isu ini bukan hanya soal mural di kampus, tetapi menyentuh ranah kebebasan berpikir, hak asasi dalam kampus, dan bagaimana perbedaan ideologi ditanggapi dalam masyarakat yang sangat terpolarisasi. Bagi sebagian mahasiswa, insiden ini bisa menjadi preseden buruk jika simbolisasi politik ekstrem dipakai sebagai alat untuk menyerang reputasi orang lewat gambaran mitologis.

Ke depan, apa yang terjadi di JNU bisa memicu reaksi di kampus-kampus lain: bakal ada kewaspadaan berlebih terhadap seni mural atau poster kritis, bahkan kemungkinan regulasi kampus diperketat soal materi visual. Apabila dialog tidak segera dibuka, konflik ideologi di dalam kampus bisa semakin tajam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *