Bukan Aphelion, Ini yang Bikin Suhu Akhir-akhir Ini Terasa Dingin

Akhir-akhir ini, banyak orang di berbagai wilayah Indonesia mengeluhkan suhu udara yang terasa lebih dingin, terutama di pagi dan malam hari. Tak sedikit yang langsung mengaitkan fenomena ini dengan aphelion—titik terjauh Bumi dari Matahari dalam orbit tahunannya. Namun, benarkah aphelion penyebab utama udara dingin saat ini? Jawabannya: bukan.

Apa Itu Aphelion?

Aphelion memang terjadi setiap tahun, biasanya sekitar awal Juli. Pada saat ini, Bumi berada sekitar 152 juta kilometer dari Matahari, lebih jauh dibandingkan saat perihelion (titik terdekat dengan Matahari) di awal Januari. Namun, karena orbit Bumi cukup bulat dan perbedaan jarak tersebut hanya sekitar 5 juta kilometer, pengaruhnya terhadap suhu global sebenarnya sangat kecil.

Jadi, jika bukan aphelion, apa yang menyebabkan suhu terasa lebih dingin akhir-akhir ini?

1. Musim Kemarau dan Langit Cerah

Indonesia sedang berada di musim kemarau, terutama di wilayah selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Kalimantan. Pada musim ini, curah hujan minim dan langit cenderung cerah tanpa awan.

Langit yang cerah membuat radiasi panas dari permukaan Bumi pada malam hari langsung terlepas ke atmosfer, tanpa tertahan awan. Akibatnya, suhu udara turun drastis menjelang subuh. Inilah alasan utama mengapa pagi hari terasa lebih dingin dibanding biasanya.

2. Angin Monsun Timur Daya

Pada pertengahan tahun, angin monsun timur daya bertiup dari Benua Australia menuju Indonesia. Karena Australia sedang mengalami musim dingin, angin yang bertiup membawa massa udara dingin dan kering ke wilayah Indonesia, terutama di bagian selatan.

Efek dari angin monsun ini sangat terasa di wilayah seperti Yogyakarta, Bandung, Malang, hingga Sumba. Suhu malam bisa turun hingga di bawah 20°C, bahkan lebih rendah di dataran tinggi.

3. Radiasi Malam Hari yang Lebih Besar

Tanpa lapisan awan, sinar Matahari di siang hari memang terasa panas. Tapi begitu malam tiba, permukaan Bumi kehilangan panas lebih cepat melalui radiasi. Akibatnya, suhu malam hari turun drastis, dan kita merasakan dingin yang mencolok, meski siang tetap panas.

4. Lokasi Geografis dan Topografi

Wilayah pegunungan dan dataran tinggi secara alami memiliki suhu lebih rendah. Pada musim kemarau, daerah-daerah ini merasakan penurunan suhu yang signifikan karena kombinasi langit cerah, angin dingin, dan radiasi malam yang tinggi.

Contohnya, suhu di daerah Dieng, Jawa Tengah, bisa menyentuh 4°C–7°C saat musim kemarau. Embun pagi bahkan bisa berubah menjadi embun es atau fenomena “bun upas” yang terkenal di kalangan petani lokal.

Kesimpulan

Jadi, meski aphelion sering dijadikan kambing hitam, penurunan suhu akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh faktor atmosferik dan musim, bukan karena jarak Bumi yang sedang jauh dari Matahari. Perpaduan antara musim kemarau, langit cerah, angin monsun dari Australia, dan karakter topografi adalah penyebab sebenarnya suhu terasa lebih dingin dari biasanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *