Daging biawak telah lama dikonsumsi oleh beberapa masyarakat di Indonesia dan negara lainnya, terutama karena dipercaya memiliki manfaat kesehatan tertentu, seperti meningkatkan stamina dan mengobati penyakit kulit. Namun, di balik kepercayaan ini, ada beberapa dampak kesehatan yang perlu diperhatikan jika mengonsumsi daging biawak secara sembarangan. Berikut adalah beberapa risiko kesehatan yang dapat timbul akibat konsumsi daging biawak:
1. Risiko Infeksi Bakteri dan Parasit
Biawak merupakan hewan liar yang hidup di lingkungan yang kotor dan sering mengonsumsi bangkai atau hewan mati lainnya. Hal ini membuat daging biawak rentan terkontaminasi oleh berbagai bakteri berbahaya seperti Salmonella dan Escherichia coli (E. coli), yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare, muntah, dan sakit perut.
Selain itu, biawak juga bisa menjadi inang bagi berbagai jenis parasit seperti cacing pita (Taenia), yang jika masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan infeksi parasit yang serius, seperti gangguan pencernaan atau bahkan kerusakan organ dalam.
2. Potensi Keracunan Akibat Kontaminasi Logam Berat
Sebagai hewan pemangsa, biawak dapat terpapar logam berat dari lingkungan tempat tinggalnya, terutama jika hidup di daerah yang tercemar limbah industri atau pertanian. Logam berat seperti merkuri, timbal, dan arsenik yang terkandung dalam daging biawak bisa masuk ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti kerusakan ginjal, gangguan sistem saraf, serta peningkatan risiko penyakit kronis.
3. Kemungkinan Terpapar Virus Berbahaya
Biawak termasuk dalam kelompok reptil yang berisiko membawa virus zoonosis, yaitu virus yang dapat menular dari hewan ke manusia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa reptil dapat membawa virus seperti Nidovirus dan Adenovirus, yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atau penyakit lainnya.
Selain itu, karena biawak adalah hewan liar, kemungkinan adanya virus baru yang belum teridentifikasi juga menjadi ancaman, terutama jika proses pengolahan dagingnya tidak higienis atau dikonsumsi dalam keadaan mentah atau setengah matang.
4. Efek Negatif bagi Kesehatan Kulit
Meskipun ada klaim bahwa daging biawak dapat mengobati penyakit kulit seperti eksim atau alergi, konsumsi daging biawak yang tidak diolah dengan benar justru bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang. Kandungan protein tertentu dalam daging reptil ini bisa menjadi alergen yang menyebabkan gatal-gatal, ruam, atau bahkan reaksi alergi yang lebih parah seperti sesak napas atau anafilaksis.
5. Mitos Manfaat Kesehatan yang Belum Terbukti Secara Ilmiah
Banyak orang mengonsumsi daging biawak karena dipercaya dapat meningkatkan stamina, mengobati penyakit asma, atau meningkatkan gairah seksual. Namun, manfaat ini belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Sebaliknya, konsumsi daging biawak tanpa kontrol justru bisa membawa lebih banyak risiko kesehatan daripada manfaat yang diharapkan.
Kesimpulan
Meskipun daging biawak masih dikonsumsi oleh sebagian orang karena alasan tradisional atau kepercayaan tertentu, penting untuk memahami risiko kesehatan yang mungkin timbul. Infeksi bakteri dan parasit, paparan logam berat, risiko virus zoonosis, hingga potensi alergi merupakan dampak yang perlu diperhitungkan sebelum mengonsumsi daging biawak. Jika tetap ingin mengonsumsinya, pastikan daging biawak diolah dengan cara yang benar, dimasak hingga matang sempurna, dan berasal dari sumber yang terpercaya untuk mengurangi risiko kesehatan.
Sebagai alternatif, lebih baik mengonsumsi sumber protein yang lebih aman dan bergizi seperti daging ayam, ikan, atau daging sapi yang telah melalui pengawasan kesehatan.