Kenapa Ada Banyak Anjing Liar di Mesir? Ini Penjelasannya!

Jika kamu pernah melihat foto-foto jalanan di Mesir, terutama di kota-kota besar seperti Kairo atau Alexandria, kamu mungkin memperhatikan satu hal yang mencolok: banyak sekali anjing liar berkeliaran. Mereka duduk di pinggir jalan, berlari di antara kendaraan, atau tidur di bawah bayangan gedung tua. Tapi, kenapa jumlah anjing liar di Mesir bisa begitu banyak?

Ternyata, fenomena ini bukan kebetulan. Ada sejarah panjang, faktor sosial, dan kondisi lingkungan yang membuat populasi anjing liar di Mesir sulit dikendalikan.

1. Warisan Sejarah dan Budaya

Sejak zaman Mesir Kuno, anjing sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Bahkan, beberapa dewa dalam mitologi Mesir digambarkan memiliki kepala anjing, seperti Anubis, dewa kematian dan penjaga dunia arwah. Artinya, anjing pernah dianggap hewan suci dan memiliki makna spiritual yang tinggi.

Namun, seiring masuknya pengaruh budaya dan agama lain selama berabad-abad, persepsi terhadap anjing berubah. Banyak masyarakat mulai menganggap anjing sebagai hewan najis atau pembawa penyakit, sehingga minat untuk memeliharanya menurun drastis. Akibatnya, banyak anjing yang dibiarkan hidup di jalanan tanpa pemilik.

2. Perkotaan Padat dan Sampah Melimpah

Kairo, ibu kota Mesir, adalah salah satu kota terpadat di dunia. Banyak area padat penduduk menghasilkan tumpukan sampah makanan di jalan-jalan, yang menjadi sumber makanan bagi anjing liar.

Kondisi ini menciptakan siklus alami: semakin banyak sampah, semakin mudah anjing liar bertahan hidup — dan semakin cepat mereka berkembang biak. Pemerintah kesulitan untuk mengendalikan populasi karena lingkungan urban mendukung kelangsungan hidup mereka.

3. Minimnya Program Sterilisasi dan Adopsi

Berbeda dengan beberapa negara yang aktif menjalankan program spay-neuter (sterilisasi), Mesir masih memiliki keterbatasan dana dan fasilitas untuk itu. Organisasi pecinta hewan lokal memang berusaha membantu, tetapi skalanya kecil dibandingkan populasi anjing yang mencapai ratusan ribu ekor di seluruh negeri.

Tanpa program sterilisasi yang masif, satu pasang anjing bisa melahirkan puluhan anak dalam beberapa tahun — dan itulah sebabnya populasi mereka meningkat jauh lebih cepat daripada upaya penanganannya.

4. Konflik Sosial dan Kurangnya Kesadaran

Masalah anjing liar di Mesir juga menyentuh ranah sosial. Sebagian warga merasa terganggu dengan keberadaan mereka, terutama karena gigitan, kebisingan malam hari, atau risiko rabies. Di sisi lain, aktivis hewan menolak tindakan kekerasan terhadap anjing liar, sehingga terjadi tarik ulur antara kemanusiaan dan kenyamanan publik.

Selain itu, masih banyak warga yang tidak memahami pentingnya vaksinasi dan adopsi, sehingga anjing-anjing terus berkembang biak tanpa kontrol.

5. Upaya yang Sedang Dijalankan

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa organisasi lokal mulai melakukan kampanye “Adopt, Don’t Kill” untuk menyelamatkan anjing-anjing jalanan. Ada juga upaya bekerja sama dengan pemerintah kota untuk membuat tempat penampungan sementara dan program vaksinasi rabies massal.

Meski belum sempurna, langkah-langkah kecil ini menunjukkan adanya perubahan kesadaran masyarakat Mesir terhadap kesejahteraan hewan.

Kesimpulan

Banyaknya anjing liar di Mesir bukan semata karena kelalaian, tetapi hasil dari kombinasi sejarah, budaya, kondisi sosial, dan tantangan ekonomi.
Selama belum ada program sterilisasi yang masif dan kesadaran publik meningkat, populasi anjing liar kemungkinan akan tetap tinggi.

Namun, di balik itu semua, ada sisi positif: anjing-anjing ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari wajah jalanan Mesir, sebuah simbol kehidupan kota yang keras namun tetap penuh warna — di mana manusia dan hewan sama-sama berjuang untuk bertahan hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *