Turnamen Piala AFF U-23 2025 membawa harapan tinggi bagi para pendukung sepak bola Indonesia. Namun, performa tim Garuda Muda di fase grup justru menghadirkan kenyataan pahit: Indonesia hanya tampil dominan saat menghadapi Brunei Darussalam, sementara hasil melawan lawan-lawan lainnya jauh dari kata memuaskan.
Kemenangan Besar atas Brunei
Laga pembuka grup menjadi satu-satunya momen gemilang. Indonesia mencukur Brunei dengan skor telak 5-0. Permainan cepat, pressing tinggi, dan kombinasi antar pemain berjalan mulus. Striker andalan, Yusron Alfikri, mencetak hattrick dalam pertandingan itu, dibantu oleh lini tengah yang solid dan pertahanan yang hampir tak tersentuh. Kemenangan ini sempat membangkitkan euforia di kalangan suporter, seolah Indonesia siap melaju jauh di turnamen.
Tersandung di Laga Berikutnya
Namun kenyataan berubah cepat. Di pertandingan kedua, Indonesia menghadapi Vietnam, yang dikenal memiliki skuad muda yang disiplin dan terorganisir. Meski sempat unggul lebih dulu lewat gol menit awal, Indonesia akhirnya takluk 1-3. Kesalahan koordinasi di lini belakang dan buruknya transisi saat kehilangan bola menjadi titik lemah yang dieksploitasi Vietnam.
Laga terakhir fase grup melawan Myanmar menjadi laga penentu. Sayangnya, alih-alih bangkit, Garuda Muda justru tampil gugup. Myanmar bermain efektif dan menahan imbang Indonesia 1-1. Hasil tersebut membuat Indonesia gagal menembus semifinal, kalah selisih gol dari Vietnam dan Myanmar.
Evaluasi Performa Tim
Kritik pun mengalir deras. Pelatih kepala, Indra Sjafri, mengakui timnya gagal menjaga konsistensi permainan. “Kami dominan saat melawan tim yang kualitasnya di bawah, tapi saat bertemu lawan yang setara atau lebih siap, kami belum mampu bersaing,” ujarnya usai pertandingan.
Faktor kebugaran pemain, kurangnya uji coba jelang turnamen, serta minimnya pengalaman di level internasional disebut menjadi penyebab utama. Beberapa pemain tampak kelelahan di laga kedua dan ketiga, padahal turnamen berlangsung dalam waktu singkat dengan jeda istirahat terbatas.
Harapan ke Depan
Meskipun gagal di Piala AFF U-23 2025, ajang ini tetap memberikan pelajaran berharga. Beberapa pemain menunjukkan potensi besar, seperti gelandang muda Rizky Saputra yang tampil konsisten dalam tiga laga.
PSSI diharapkan melakukan evaluasi menyeluruh, bukan hanya soal strategi dan persiapan teknis, tetapi juga soal pembinaan jangka panjang. Tanpa fondasi kuat di level usia muda, hasil di turnamen seperti ini akan selalu inkonsisten.
Turnamen ini jadi pengingat: dominasi atas tim lemah bukan ukuran kekuatan sesungguhnya. Untuk bersaing di Asia Tenggara, Indonesia butuh lebih dari sekadar kemenangan besar melawan Brunei — dibutuhkan konsistensi, disiplin taktik, dan mental juara.

