Surya Hardjono, seorang penjelajah dan fotografer independen, telah menghabiskan lebih dari tiga tahun melakukan perjalanan menantang untuk berburu dan mendokumentasikan ratusan rugu triangulasi yang tersebar di seluruh Jawa dan Bali. Rugu triangulasi, yang juga dikenal sebagai patok triangulasi, adalah titik-titik pengukuran yang digunakan dalam survei pemetaan untuk menentukan lokasi yang akurat melalui metode triangulasi.
Apa Itu Rugu Triangulasi?
Rugu triangulasi merupakan monumen kecil, biasanya berbentuk tugu beton atau pilar, yang ditempatkan di titik-titik strategis, seperti puncak gunung atau bukit. Rugu ini digunakan oleh para survei tanah dan geodesi untuk mendapatkan data lokasi yang akurat melalui pengukuran sudut dan jarak antara berbagai titik di permukaan bumi.
Misi Surya Hardjono
Terinspirasi oleh sejarah dan tantangan fisik, Surya memulai misinya untuk menemukan dan mendokumentasikan rugu triangulasi yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa dan Bali. Bagi Surya, setiap rugu memiliki kisah tersendiri yang terkait dengan masa lalu, dan misi ini menjadi cara untuk melestarikan bagian penting dari sejarah pengukuran tanah Indonesia.
Perjalanan Penuh Tantangan
Perburuan rugu triangulasi bukanlah tugas yang mudah. Banyak dari tugu-tugu ini tersembunyi di lokasi-lokasi terpencil dan sulit dijangkau, bahkan beberapa telah terkubur oleh tumbuhan liar atau tertimbun oleh tanah. Surya harus mendaki gunung, melewati hutan lebat, dan menavigasi daerah yang tidak memiliki jalan yang jelas untuk mencapai beberapa dari tugu-tugu ini. Selain tantangan fisik, ia juga harus berhadapan dengan ketidakpastian cuaca dan kondisi alam yang tidak selalu bersahabat.
Rugu Triangulasi dan Warisan Geodesi Indonesia
Rugu triangulasi memiliki peran penting dalam sejarah geodesi dan pemetaan Indonesia. Banyak dari tugu-tugu ini didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda selama abad ke-19 hingga awal abad ke-20 sebagai bagian dari proyek pemetaan besar-besaran. Mereka digunakan untuk menentukan peta topografi yang akurat, yang hingga kini masih menjadi fondasi bagi pemetaan modern.
Hasil dan Dampak
Selama tiga tahun lebih, Surya telah berhasil menemukan dan mendokumentasikan lebih dari 200 rugu triangulasi. Ia mengumpulkan foto-foto, catatan lapangan, dan informasi geografis dari setiap situs yang ditemukannya. Hasil dari perburuan ini bukan hanya sebuah koleksi pribadi, tetapi juga sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian situs-situs geodesi ini.
Surya berencana untuk membagikan hasil eksplorasinya dalam bentuk buku fotografi dan pameran. Dengan cara ini, ia berharap dapat menginspirasi orang lain untuk mengenal lebih dekat tentang sejarah pengukuran tanah di Indonesia, serta pentingnya melestarikan warisan ini untuk generasi mendatang.
Kesimpulan
Kisah Surya Hardjono adalah sebuah perjalanan inspiratif tentang kegigihan dan dedikasi. Melalui perburuan rugu triangulasi di Jawa dan Bali, ia tidak hanya menantang dirinya sendiri secara fisik dan mental, tetapi juga berkontribusi dalam pelestarian sejarah geodesi Indonesia. Ceritanya mengingatkan kita bahwa di balik setiap tugu kecil yang tersembunyi di alam, terdapat warisan besar yang menunggu untuk ditemukan dan dihargai.