Baru-baru ini, Sharmistha Mukherjee, putri mantan Presiden India Pranab Mukherjee, menyampaikan kritik tajam terhadap partai Kongres. Pernyataan ini muncul di tengah upaya penghormatan terhadap mantan Perdana Menteri Manmohan Singh, menimbulkan kontroversi baru di tubuh partai yang sedang menghadapi tantangan internal.
Sharmistha, yang sebelumnya aktif dalam politik Kongres, secara terang-terangan menyoroti ketidakmampuan partai dalam mempertahankan warisan politik ayahnya. “Kongres telah kehilangan arah dan tidak lagi menjadi rumah bagi pemikiran inklusif seperti dulu,” ujar Sharmistha dalam salah satu pernyataannya.
Pernyataannya datang pada momen yang ironis, yaitu ketika partai sedang memberikan penghormatan kepada Manmohan Singh, seorang tokoh yang dihormati karena perannya dalam memimpin India melalui reformasi ekonomi besar. Bagi sebagian pengamat politik, kritik Sharmistha ini menunjukkan adanya keretakan yang semakin dalam di tubuh Kongres, di tengah upaya partai untuk mengonsolidasikan kekuatannya menjelang pemilu mendatang.
Manmohan Singh sendiri telah menjadi simbol stabilitas dan kebijakan pragmatis selama masa jabatannya sebagai Perdana Menteri. Namun, ketegangan internal di Kongres tampaknya menjadi hambatan besar bagi upaya penghormatan tulus terhadap tokoh-tokoh senior seperti Singh.
Beberapa analis politik melihat bahwa kritik Sharmistha bukan hanya refleksi dari kekecewaannya pribadi, tetapi juga resonansi dari rasa frustrasi yang dirasakan banyak kader Kongres lainnya. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk persaingan ketat dari BJP dan ketidakpuasan internal, Kongres membutuhkan strategi baru untuk bangkit kembali.
Di tengah semua ini, peringatan untuk Manmohan Singh menjadi pengingat bahwa kepemimpinan yang solid dan fokus pada kebijakan adalah kunci keberhasilan politik. Namun, kritik seperti yang dilontarkan Sharmistha menjadi tanda bahwa Kongres perlu lebih dari sekadar nostalgia; mereka membutuhkan reformasi nyata.