Varanasi, India — Deretan ghat di tepi Sungai Gangga kembali memancarkan kemegahan ilahi saat Dev Deepawali—“Diwali-nya para dewa”—menyulut jutaan lampu tanah liat (diyas). Malam purnama di bulan Kartik ini menjadikan Varanasi bak lautan cahaya: anak tangga yang menurun ke sungai berpendar keemasan, bayang-bayang menari di permukaan air, dan doa bergema melalui lantunan aartí yang menggetarkan.
Makna di Balik Perayaan
Dev Deepawali diyakini sebagai malam ketika para dewa turun ke bumi untuk merayakan kemenangan dharma atas adharma. Berbeda dengan Diwali yang dirayakan di seluruh India, perayaan ini memiliki kekhasan tersendiri di Varanasi—kota suci yang dipandang sebagai “gerbang menuju moksha”. Pada momen ini, umat menyalakan diyas untuk menghormati Gangga sebagai ibu yang membersihkan, sekaligus mengenang para pahlawan bangsa.
Ritme Ritual di Tepi Gangga
Menjelang senja, ribuan peziarah, pendeta, dan warga setempat memenuhi ghat-ghat ikonik seperti Dashashwamedh, Assi, Raj Ghat, hingga Panchganga. Prosesi biasanya berpuncak pada Ganga Aartí: para pendeta berbusana tradisional mengangkat lampu minyak berundak, mengayunkannya dalam pola melingkar, selaras dengan mantra dan denting lonceng. Barisan diyas disusun berlapis di anak tangga, di tepian, bahkan di perahu-perahu kayu yang terapung pelan—menciptakan refleksi cahaya yang berlipat di air.
Simfoni Cahaya, Warna, dan Doa
Malam Dev Deepawali adalah pengalaman multisensorik:
- Cahaya: ribuan diyas menjadi butiran bintang di darat, sementara kembang api—bila ada—menorehkan goresan singkat di langit malam.
- Suara: kidung Veda, tabuh dholak, dan puji-pujian mengikat kerumunan dalam hening yang khusyuk.
- Aroma: dupa, bunga marigold, dan minyak mustard dari diyas menyatu menjadi wangi yang khas.
Bagi banyak orang, momen ketika sebuah diya kecil dilepas di atas daun pisang lalu mengambang menyusuri arus adalah simbol melepaskan beban—sebuah doa yang dibiarkan mengalir.
Sentuhan Modern & Kesadaran Lingkungan
Dalam beberapa tahun terakhir, ada dorongan untuk menjadikan perayaan lebih ramah lingkungan:
- Penggunaan lampu tanah liat dan minyak nabati yang mudah terurai.
- Pengurangan plastik sekali pakai pada dekorasi dan persembahan.
- Kampanye membersihkan ghat sebelum dan sesudah acara, melibatkan relawan, pelajar, serta komunitas lokal.
Teknologi juga hadir secukupnya: panggung doa ditata dengan tata suara yang terkontrol, sementara sebagian area menggunakan pencahayaan tambahan untuk keselamatan tanpa mengurangi keotentikan nuansa diyas.
Dampak bagi Pariwisata & Ekonomi Lokal
Dev Deepawali merupakan puncak musim ziarah di Varanasi. Homestay, penginapan pinggir Gangga, hingga perahu wisata mengalami lonjakan permintaan. Warung chai, kios bunga, toko dupa, hingga perajin tanah liat merasakan berkah ekonomi. Selain pemasukan, momen ini memperkuat ekosistem kreatif: fotografer, pembuat film, dan penulis menemukan panggung budaya yang hidup untuk diceritakan ke dunia.
Manajemen Kerumunan & Keamanan
Kepadatan menjadi tantangan utama. Di malam puncak, akses ke ghat-ghat favorit biasanya diatur berlapis:
- Zonasi jalur masuk–keluar pejalan kaki.
- Pengawasan perahu dan titik tambat agar lalu lintas sungai tertib.
- Tim kebersihan yang bersiaga cepat mengangkut sisa persembahan dan sampah.
Pendekatan ini memastikan ibadah, wisata, dan konservasi sungai berjalan beriringan.
Perspektif Spiritual: Terang yang Menyentuh Batin
Di balik kilau visual, inti Dev Deepawali adalah penjernihan batin. Menyalakan diya—sekecil apa pun cahayanya—adalah pernyataan optimisme: bahwa setiap insan dapat menjadi sumber terang di tengah gelap. Doa yang dilantunkan di tepian Gangga mengajak peziarah melonggarkan ego, memaafkan, dan memohon kejernihan dalam melangkah.
Tips Singkat untuk Pengunjung
- Datang lebih awal untuk mendapatkan posisi aman dan leluasa memotret.
- Berpakaian sopan & nyaman, sepatu yang tidak licin sangat disarankan.
- Bawa uang kecil untuk membeli diyas atau persembahan dari pedagang lokal.
- Hormati ritual: hindari menghalangi jalur aartí, jangan menyentuh perlengkapan ibadah tanpa izin.
- Kurangi plastik: gunakan botol minum isi ulang dan kantong kain.
- Naik perahu hanya dari titik resmi dan pastikan jaket pelampung tersedia.
Ketika Varanasi Menjadi Cermin Langit
Dev Deepawali menjahitkan tradisi, seni, spiritualitas, dan kebersamaan ke dalam satu malam yang sukar dilupakan. Saat jutaan nyala kecil bertemu di tepian Gangga, Varanasi seakan berubah menjadi cermin langit—memantulkan pengharapan manusia yang sederhana: agar terang, sekecil apa pun, terus hidup dan menuntun langkah. Dalam pendar diyas yang berjajar, orang menemukan bukan hanya pesta cahaya, melainkan alasan untuk percaya bahwa kebaikan bisa—dan harus—menyala terus.

